Minggu, 17 November 2024

REVOLUSI SOSIAL RASULILLAH MUHAMMAD DALAM PRESPEKTIF MUHAMMAD FETHULLAH GULEN

PEMBAHASAN


  1. Biografi Fethullah Gulen 

Muhammad Fethullah Gulen lahir pada 27 April 1941 di sebuah desa kecil yakni Korucuk yang merupakan wilayah Anatolia dan berpenduduk hanya sekitar 60-70 kepala keluarga. Leluhur Gulen berasal dari distrik Ahlat (Khlat)  yang termasuk dalam wilayah provinsi Bitlis yang terleltak di kaki gunung. Keluarga Fethullah Gulen sangatlah agamis dan sarat akan semangat ke-Islaman. Kakeknya yang bernama Syamil Agha merupakan sosok yang teguh dan sungguh-sungguh dalam beragama. 

Ramiz Gulen adalah ayah dari Fethullah Gulen. Ia terkenal sebagai sosok yang berpengetahuan tinggi, taat, dan cerdas. Bahkan, ia sangat masyhur dengan sikap murah hati dan dermawan yang dimilikinya. Selain itu, Ramiz Gulen merupakan sosok yang sangat mencintai para ulama dan sering berilaturahmi dengan mereka. Bahkan, jauh sebelum Fethullah Gulen dilahirkan, rumah yang dihuni olehnya beserta keluarga telah menjadi tempat berkunjung bagi para ulama yang tinggal di dekat kawasan tersebut. Sedangkan ibu Gulen merupakan seorang pengajar Al-Qur’an di desannya. Ia bernama Rafiah Hanim yang terkenal dengan kepribadiannya yang sopan dan menyukai kebaikan.

Mu’nisah Hanim adalah sosok nenek Gulen yang berasal dari pihak ayahnya. Dia merupakan seorang tokoh wanita yang sangat taat dalam beragama. Sedangkan, nenek Gulen dari pihak ibu bernama Khadijah Hanim. Dia berasal dari keluarga bangsawan yang terkenal dengan kesantunan serta kelembutannya.

Jauh sebelum Fethullah Gulen dilahirkan, rumah yang dihuni olehnya telah menjadi tempat berkunjung. Dalam lingkup keluarga seperti itulah Fethullah Gulen tumbuh dan beerkembang. Sejak kecil, Gulen telah belajar memebaca Al-Qur’an dari ibundanya langsung. Setiap malam, ibunda Gulen selalu bangun untuk menyampaikan nasehat dan mengajari Gulen kecil membaca Al-Qur’an. Lalu ketika usianya berinjak empat tahun, ia mampu mengkhatamkan Al-Qur’an dalam kurun waktu satu bulan. Sejsk belia Fethullah Gulen telah terbiasa berkumpul dengan para ulama sampai akhirnya dia pun sadar bahwa dirinya tumbuh dalam keluarga yang dihiasi dengan ilmu dan ajaran tasawuf. 

Fethullah Gulen mulai belajar bahasa Persia dan Arab kepada ayahnya yang merupakan sosok yang sangat giat menelaah buku dan tidak pernah berhenti merapalkan Al-Qur’an dimana pun ia berada. Ramiz Gulen sangat mencintai Rasulullah dan banyak membaca buku-buku yang bertemakan sirah nabawiyah. Dia  selalu menanamkan nilai terpenting dan memberikan warisan berharga kepada putranya, Fethullah Gulen yakni kecintaan terhadap Rasul dan para sahabatnya.  Takdir Alllah rupanya telah menetapkan Fethullah Gulen tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang sarat akan ilmu-ilmu keagamaan sehingga ia pun menjadi sosok yang memiliki energi luar biasa. 

Pendidikan yang telah dimulai Gulen dari rumahnya sendiri kemudian berlanjut dalam lembaga pendidikan resmi yang terdapat di Kota Ezurum. Sementara pendidikan spiritual yang sebelumnya hanya ia dapatkan melalaui ayah kandungnya, dilanjutkan dengan berguru pada Muhammed Lutfi Efendi. Selain itu, Fethullah Gulen juga menimba ilmu-ilmu kegamaan dari beberapa orang ulama besar. Salah satu diantaranya yaitu, Utsman Bektasy yang merupakan seorang ulama ahli dalam bidang fikih dan paling terkemuka di masanya. Pada masa ini juga, Fethullah Gulen mulai mengenal Said Nursi melalui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh murid-muridnya. 

Di masa sekolah Gulen selalu rajin membaca serta menelaah berbagai ilmu-ilmu umu yang dipelajarinya seperti kimia, fisika, kimia, astronomi, dan biologi. Selain itu ia juga mulai membaca buku-buku tulisan Albert Camus, Jean Paul Sarte, Herbert Marcuse, dan berbagai karya filsuf eksistensialisme lainnya. Pada masa inilah Gulen mulai berkenalan dengan buku-buku yang menjadi referensi utama bagi filsuf barat dan timur. 

Setelah Muhammad Fethullah Gulen menginjak usia dua puluh tahun, dia pun meninggalkan kota kelahirannya, Erzurum yang terleltak di ujung timur Turki menuju kota Edirne (Edrene). Di kota itu, Gulen menjadi Imam besar di masjid Ucserefeli kemudian menjalani wajib militer di Mamak dan Iskenderun sampai akhirnya kembali ke Edirne dan kemudia berpindah lagi ke Kirklareli. Pada tahun 1966, Gulen berpindah lagi ke Izmir. Jika sebelumnya penduduk Edirne biasa menjulukinya dengan sebutan “Ulama Erzurumlu”, ketika Fethullah Gulen kembali ke Ezurum, masyarakat memanggilnya dengan julukan “Ulama Edirneli”. Barulah ketika Gulen pindah ke Izmir, dia terkenal dengan sebutan “Fethullah Hojaefendi”.

Di kota Izmir, Fethullah Gulen memulai kiprahnya sebagai seorang guru di sebuah madrasah tahfizh Al-Qur’an Kastanah Bazari dan Madrasah Kawaizh. Ketika memasuki tahun 1970 Gulen bernazar untuk membaktikan dirinya semi berkhidmat di jalan Allah dan kemanusiaan yang dilakukannya dengan mendidik orang-orang serta tekun beribadah kepada Allah.

Pada tanggal 12 Maret 1971, Gulen ditangkap pemerintahan Turki, Namun, hal ini hanya berlangsung selama enam bulan, karena setelah proses pengadilan dilakukan, semua tuduhan yang diarahkan terhadapnya tidak terbukti. Beberapa tuduhan yang menimpa Gulen anatar lain, merencanakan makar dengan cara mengubah landasan sosial-politik yang dianut Turki, mengeksploitasi ketaatan masyarakat Turki terhadap Islam, serta mewujudkan menggalang gerakan bawah tanah untuk mewujudkan niat jahat terhadap pemerintah. 

Pada tahun 1980, setelah kembali menduduki jabatannya sebagai imam, Gulen menetap di kota Bornova provinsi Izmir dan melakukan perjalanan keliling Turki untuk menyampaikan ceramah ilmiah dengan topik beragam meliputi masalah agama, sosial, filsafat dan pemikiran serta mengadakan kuliah umum. Hal inilah yang menjadi cikal-bakal sebuah gerakan yang disebut dengan Hizmet Movement (pelayanan untuk masyarakat yang bersumber dari pemikiran Fethullah Gulen Hojaefendi) yang melibatkan begitu banyak orang dari berbagai bidang.

Tidak lama stelah runtuhnya Uni Soviet, gerakan ini menyebar hamper ke seluruh dunia khususnya di kawasan Asia Tengah. Dalam gerakan Hizmet Movement inilah berhimpun orang-orang yang bekerja untuk masyarakat tanpa pamrih duniawi. Dalam waktu singkat, bidang pelayanan yang dilakukan oleh Hizmet Movement telah menjangkau berbagai bidang. Gerakan ini kemudian menerbitkan majalah dan mendirikan stasiun radio yang kemudian berlanjut dengan pendirian stasiun televisi.

Fethullah Gulen merupakan sosok yang luar biasa. Ia bukan hanya seorang penceramah yang memiliki ribuan kaset dan video, tetapi ia adalah sosok yang identik dengan Pahlawan Nur atau Pecinta Hak yang menyebarkan kebaikan di banyak tempat melalui berbagai macam lembaga dan yayasan yang tersebar di seluruh dunia. 

Berikut beberapa karya Muhammed Fethullah Gulen antara lain : Al-Qadru fi Dhau-I Al-Kitab wa as-Sunnah, As’ialatu Al-Ashar Al-Muhayyirah, Thurqul Irsyadi fi Al-Fikr wa Al-Hayati, An-Nur Al-Khalid Muhammad Mafkhirat Al-Insaniyah, Adwaun Qur’aniyyatun fi sama’I al-Wijdani.

Selain karya tulis di atas, berikut ini adalah karya-karya lain Fethullah Gulen.

  1. Ribuan kaset dan video berisi ceramah dan kuliah yang disampaikan dalam berbagai kesempatan.

  2. Asrin Getirdigi Tereddutler. (4 vol.; telah muncul sebagai buku buku pertanyaan dan jawab tentang Islam).

  3. Kalbin Zumrut Tepeleri. (diterjemahkan sebagai Key Concepts in the Practice of Sufisme [dalam edisi Indonesia diterbitkan oleh Sri Gunting dengan judul Kunci-Kunci Rahasia Sufi]).

  4. Cag ve Nesil. (Era sekarang dan Genarasi Muda).

  5. Sonsuz Nur. (2 vol. Nabi Muhammad: Aspek-aspek Kehidupanya [dalam edisi Indonesia diterbitkan oleh Republika dengan judul Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia]).

  6. Olcu ve Yoldaki Isiklar. (4 vol.; telah muncul sebagai Permata Kebijaksanaan)

  7. Zamanin Altin Dilimi. (Bagian Emas dari Masa).

  8. Renkler Kusaginda Hakikat Tomurcuklari. (2 vol.; telah muncul sebagai Kebenaran melalui Warna).

  9. Kirik Mizrap. (Plektrum yang Retak).

  10. Fatiha Uzerine Mulahazalar. (Perenungan atas surat Fatiha).

  11. Inancin Golgesinde. (Esensi Iman Islam).

  12. . Cihad: I'layi Kelimetullah. (Berisi penjelasan ilmiah dan teoretis tentang jihad di zaman modern).

  13. Irsad Ekseni. (Berisi penjelasan mengenai bermacam metode dan teknik yang dapat dilakukakan dalam pengerakan di zaman modern).

  14. Kitap ve Sunnet Perspektifinde Kader. (Berisi penjelasan tentang takdir, diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Qadar).

Semua buku ini telah diterbitkan di Turki dengan jumlah mencapai 70.000 kopi dan ada pula beberapa karya Gulen yang telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa. Diantaranya adalah bahasa Inggris, Jerman, Indonesia, Arab, Kurdi, Rusia, Cina, Bulgaria, Prancis, Belanda, Spanyol, Italia, Jepang, Portugal.

  1. Muqaddimah Dalam Karya Tulis Fethullah Gulen

I would like to introduce the reader to the exemplary Life of the blessed prophet Muhammad and his distinguished, exalted personality; the "water of life" for the salvation of humanity Should be made known to everyone.

Prophet Muhammad is the pride of humanity. For the past 14 centuries, many thinkers, philosopers, Scientists, and scholars, each a radiant star in our intellectual World, have stood behind him in respect and admiration, and taken pride in belonging to his Community

It is enough to appreciate and understand his greatness that even after so many antagonism (toward Religion), We still hear the worlds "I bear witness that Muhammad is the Messenger of God" from minarets five times a day. We Rejoice will his name is being proclaimed from minarets, as do the dead and other spiritual beings. Despite concerted efforts to corrupt our young people and lead them astray, they continue to hasten to him, although they cannot perceive the full reality of Muhammad.

Time has not caused us to forget the truth about him. He is so fresh in my mind that if I mention his holy name, it is as if I am about to meet him. Once, while on pilgrimage to his radiant city, Madina, I felt that he was about to appear and welcome us. As time progresses, some thoughts become obsolete, but he remains as fresh as a rosebud in our hearts. And so whenever we hear his name mentioned from the minaret, we immediately abandon our work and, accepting his invitation, hasten to mosque.

If we had been allowed to describe him as others have been described, if we had used the social and educational institutions, then perhaps our young people would be following his way. Despite our shortcomings, many pick up their "glasses" and run to fill them from this "pure spring." In every part of the world, including the United States, England, France, and Germany, an Islamic revival is occurring. Muslims are sowing these lands with the seeds of a happy future. Islam is everywhere healthy and flour- ishing as it did during the Era of Happiness the time of Muhammad.

The same is true of predominantly Muslim lands. Those Muslims whose devotion to Islam was largely unconscious and devoid of deep perception or research have given way to a new generation who are consciously following Muhammad in the light of science and advances in knowledge. Those who were previously exploiting schools and universities on behalf of unbe- lief are now running to him. Even such well-known people as Maurice Bucaille and Roger Garaudy have seen the falsehood of their systems and are hastening to him.


Saya ingin memperkenalkan pembaca pada Kehidupan teladan nabi Muhammad yang diberkati dan kepribadiannya yang terhormat dan mulia; "air kehidupan" untuk keselamatan umat manusia harus diberitahukan kepada semua orang.

Nabi Muhammad adalah kebanggaan umat manusia. Selama 14 abad terakhir, banyak pemikir, filsuf, ilmuwan, dan cendekiawan, masing-masing bintang yang bersinar di Dunia intelektual kita, telah berdiri di belakangnya dengan rasa hormat dan kekaguman, dan bangga menjadi bagian dari komunitasnya

Cukup untuk menghargai dan memahami kebesarannya bahwa bahkan setelah begitu banyak antagonisme (terhadap Agama), Kita masih mendengar dunia "Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah" dari menara lima kali sehari. Kami bersukacita akan namanya diberitakan dari menara, seperti halnya orang mati dan makhluk spiritual lainnya. Meskipun ada upaya bersama untuk merusak orang-orang muda kita dan menyesatkan mereka, mereka terus bergegas kepadanya, meskipun mereka tidak dapat memahami realitas penuh Muhammad.

Waktu tidak menyebabkan kita melupakan kebenaran tentang dia. Dia begitu segar dalam pikiran saya sehingga jika saya menyebutkan nama sucinya, seolah-olah saya akan bertemu dengannya. Suatu ketika, ketika sedang berziarah ke kotanya yang bercahaya, Madinah, saya merasa bahwa dia akan muncul dan menyambut kami. Seiring berjalannya waktu, beberapa pemikiran menjadi usang, tetapi dia tetap segar seperti kuntum mawar di hati kita. Jadi setiap kali kami mendengar namanya disebutkan dari menara, kami segera meninggalkan pekerjaan kami dan, menerima undangannya, bergegas ke masjid.

Jika kita diizinkan untuk menggambarkannya seperti yang digambarkan orang lain, jika kita telah menggunakan lembaga-lembaga sosial dan pendidikan, maka mungkin orang-orang muda kita akan mengikuti jalannya. Terlepas dari kekurangan kita, banyak yang mengambil "kacamata" mereka dan berlari untuk mengisinya dari "mata air murni" ini. Di setiap bagian dunia, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman, kebangkitan Islam sedang terjadi. Muslim menabur tanah ini dengan benih masa depan yang bahagia. Islam di mana-mana sehat dan kaya tepung seperti yang terjadi selama era kebahagiaan zaman Muhammad.

Hal yang sama berlaku untuk negeri-negeri mayoritas Muslim. Orang-orang Muslim yang pengabdiannya kepada Islam sebagian besar tidak disadari dan tanpa persepsi atau penelitian yang mendalam telah memberi jalan kepada generasi baru yang secara sadar mengikuti Muhammad dalam terang sains dan kemajuan dalam pengetahuan. Mereka yang sebelumnya mengeksploitasi sekolah dan universitas atas nama unbe-lief sekarang berlari ke arahnya. Bahkan orang-orang terkenal seperti Maurice Bucaille dan Roger Garaudy telah melihat kepalsuan sistem mereka dan bergegas kepadanya.

  1. Perbedaan Fethullah Gulen Dengan Ulama Yang Lain

Fethullah Gulen merupakan seorang sufi, ulama, cendikiawan, guru, penceramah, dan tokoh pergerakan Islam dari Turki yang telah melakukan berbagai hal untuk menunjukkan bahwa Islam merupakan bagian dari kehidupan yang beradab dan menghormati kehidupan manusia. Ia selalu meyakini bahwa revolusi yang telah mengubah dunia menjadi sebuah desa kecil tidak akan menerima segala bentuk fanatisme dan sikap anti sosial. Semua peristiwa dan perkembangan yang terjadi di satu wilayah pasti akan berpengaruh terhadap bagian dunia lainnya. Itulah sebabnya, umat manusia harus membuka pikiran, keyakinan, dan prinsip yang dianutnya. Apalagi setelah runtuhnya Uni Soviet, kekuatan yang mendominasi dunia adalah mereka yang menjadikan Islam dan kaum muslimin sebagai musuh yang harus diperangi sehingga memicu munculnya ekstrimisme bahkan terorisme. Kekuatan inilah yang menyebut “jihad” sebagai “kejahatan”, “perang” sebagai “kedamaian”, “kezaliman” sebagai “keadilan”, dan “kebencian” sebagai “kasih sayang”.

Kenyataan pahit inilah yang mendorong Fethullah Gulen untuk membuka pintu dialog dan toleransi di tengah masyarakat Turki yang tengah menghadapi upaya adu domba atas nama ras, suku, mazhab, agama, dan ideologi.

Sementara itu, keistimewaan sesungguhnya yang dimiliki oleh Fethullah Gulen ada dalam kemampuannya dalam menafsirkan nilai-nilai normatif Islam yang lahir pada masa Rasul dan berkembang di zaman salaf ke dalam konteks kehidupan modern. Ia juga mampu menempatkan Islam sebagai nilai yang sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan universal yang diamalkan oleh masyarakat Internasional. Gulen lebih jauh melakukan hal-hal yang selama ini bagi ulama-ulama mainstream Islam dianggap tabu, misalnya melakukan dialog dan kerja sama dengan tokoh-tokoh agama yang berbeda. Apa yang dilakukan Gulen ini mendapat sambutan dari berbagai kelompok agama dan kelompok masyarakat pejuang demokrasi, perdamaian, gender dan lain sebagainya.

Dalam hal pendekatan pendidikan Islam, ia menekankan pengembangan ilmu pengetahuan modern yang mengedepankan akhlak dan moralitas, dan memiliki visi untuk membangun sekolah-sekolah swasta yang memintegrasikan dua orientasi, yaitu akal dan agama. Pendidikan, menurut Gulen adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat dan setiap orang. Masa depan sebuah negara berada di pundak generasi mudanya. Mereka yang ingin memelihara masa depan harus mencurahkan seluruh energi mereka dalam mendidik anak-anak. Sebuah negara yang membiarkan anak mudanya dipengaruhi budaya asing, merusak identitas dan jati diri dan tunduk pada kelemahan budaya dan politik. Mereka yang mendidik anak muda saat ini, sedang mempersiapkan orang-orang yang akan bertanggung jawab atas nilai jahat atau nilai baik pada 25 tahun yang akan datang. Keputusan yang baik bergantung pada pikiran yang baik dan kemampuan berpikir jernih, sains dan pengetahuan dapat mengasah nalar seseorang.

Menurut Gulen sains dan Islam harus berdampingan secara beriringan dan saling melengkapi satu sama lain. Gulen  mendorong  para  pengikutnya  untuk memperkuat aspek  esoteris  Islam dengan  mendalami  tasawuf  modern  dan  mendorong  riset  ilmiah untuk perkembangan dan kemajuan teknologi dami kesejahteraan umat manusia. Gulen melakukan integrasi Islam dan sains secara nyata, yaitu melakukan pendekatan Al-Qur`an dan Sunnah kepada sains. Begitu juga sebaliknya sains tidak terpisah dari sumber Islam yaitu Al-Qur`an dan Sunnah. Gulen beranggapan bahwa kebenaran bukan berasal dari pikiran dan usaha manusia. melainkan  berdiri  secara  independen  dan  manusia  harus  mencarinya.  Kebenaran itu komprehensif dan tidak bisa dipengaruhi oleh keterbatasan pengalaman individu manusia dan hanya menunggu untuk ditemukan. 

Karakteristik pendidikan yang terdapat dalam sekolah-sekolah Gulen adalah dengan konsep sufistik yang mengakomodir modernisasi. Gulen mengajarkan transmisi nilai-nilai spiritual, moral berprilaku, toleransi, rasa hormat keterbukaan dan sejenisnya. Melalui  transformasi  spiritual  individu  yang  terinternalisasi  akan  datang  transformasi sosial yang lebih luas dan setidaknya dalam masyarakat Islam akan terbentuk harmonis yang utuh. Gulen   memasukan   kurikulum dalam   pendidikannya   dengan   ilmu pengetahuan (sains) dan pengetahuan iman (esoteris).

Fethullah Gulen telah mengajarkan sebuah filosofi yang menggabungkan Islam dengan modernitas, humanisme dan pendidikan toleransi berlandaskan cinta, serta toleransi dengan berdialog antar umat beragama. Keunikan  dari  ajaran Gulen  adalah  memadukan  antara  Islam  dan  sains dengan  ilmiah,  tasawuf  dengan modernitas, akal dan hati rasio dan wahyu serta intelektual dan spiritual.

Gerakan Fethullah Gulen atau juga disebut Gulen Movement atau Hizmet Movement adalah gerakan yang dilandasi oleh cinta, iman dan sunnah Nabi. Hizmet Movement lebih memprioritaskan pelayanan manusia melalui pendidikan dan  filantropi, toleransi beragama  dan  toleransi sosial  dengan  dialog,  menjadikan  Islam  sebagai rahmatan  lil alamin. Gulen percaya bahwa untuk melahirkan generasi emas dan manusia-manusia yang kamiladalah dengan pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia yang berbudi luhur, memerangi   kebodohan memerangi   kemiskinan   dan menghilangkan perpecahan kelompok. Pendidikan adalah cara terbaik untuk hizmet kepada manusia dan membangun peradaban manusia yang tinggi dengan dialog.

  1. Revolusi Sosial Rasulullah Di Mekkah Dan Madinah

Kehidupan Nabi Muhammad SAW tidak hanya menjadi pedoman spiritual bagi umat Islam, tetapi juga menimbulkan dampak yang mendalam pada perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat Arab pada masa itu. Dalam menjalani misinya sebagai rasul, Nabi Muhammad membawa revolusi tidak hanya dalam segi agama, tetapi juga dalam pola pikir, norma sosial, dan pola perilaku. 

Rasulullah saw. membina umat Islam melalui pendidikan berlangsung selama 23 tahun yang ditandai dengan wahyu pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijrah atau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M berupa surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya”. Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Mudatsir ayat 1 sampai 7 yang artinya “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi. 

Pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi: (1) Pendidikan Keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala; (2) Pendidikan Akliyah dan Ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta; (3) Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid; (4) Pendidikan Jasmani atau Kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman (Zuhairini, 2008, p. 27).

Pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai pemimpin negara. Nabi melakukan pembinaan pendidikan agama Islam sebagai berikut.

Pertama, pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Setelah Rasulullah berhasil mempersatukan kaum muslimin, Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolongmenolong, bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, selain itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadah menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Selain itu, upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama ialah membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam.

Kedua, pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam praktiknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. 

Ketiga, pendidikan anak dalam Islam. Dalam Islam, anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al Quran berkaitan dengan itu. Di antara peringatan-peringatan tersebut adalah pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka). 

Dari penjelasan teks diatas dapat kita ketahui bahwa revolusi sosial yang dilakukan oleh Rasullah SAW meliputi pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah berupa pendidikan tauhid, akhlak, dan materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93. Sedangkan Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah.

  1. Pendidikan Sebagai Sarana Revolusi Sosial dalam Prespektif Fethullah Gulen

Pendidikan Menurut Pandangan M. Fethullah Gulen

Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem Pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam. Menurut Gulen: 


Education is perfecting process though which we earn, in the spiritual, intellectual, and physical dimensions of their beings, the rank appointed for us the perfect pattern of creation. Education through learning and a commendable way of life is a sublime duty that manifests the Divine Name Rabb (Upbringer and Sustainer). By fulfilling it, we attain the rank of true humanity and become a beneficial element of society.


M. Fethullah Gulen menyatakan bahwa kewajiban manusia adalah memahami (Seek Understanding), dengan jalan dan cara apapun. Gulen mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyempurnaan dalam hidup yang dengannya kita bisa meraih dimensi spiritual, intelektual dan fisikal kemanusiaan. Baginya, pendidikan adalah tugas Ilahiyah yang hanya dengan itulah kita bias merasakan esensi kemanusiaan. Pendidikan dalam perspektif Gulen adalah “Special Service” yang menjadi tugas kolektif berbasis komunitas. Hal ini disebabkan pandangannya bahwa tujuan hidup terletak pada kebaikan (baca: berbuat baik) yang dilakukan secara bersama-sama. Pandangan Gulen tentang pendidikan dengan demikian tersimpul dan terkait erat dengan sisi keimanannya (fully-integrated with his belief)

Pendidikan merupakan modal utama dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang baik, begitupun sebaliknya. Disinilah peran berbagai pihak dalam pelaksanaan proses pendidikan. Pihak tersebut bukan hanya diperankan oleh seorang guru yang mengajarkan pendidikan di sekolah, melainkan semua pihak baik itu orang tua, maupun masyarakat. ketiga pihak itulah yang bertanggung jawab pada pendidikan seorang anak. M. Fethullah Gulen Hocaefendi membawa konsep pendidikan yang mengintegrasikan sains dengan agama, yaitu memadukan ilmu sains dengan ilmu agama karena keduanya tidak bisa dipisahkan. Pendidikan yang baik bukan hanya fokus pada kecerdasan kognitif melainkan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek karakter peserta didik. Setelah data terkumpul dan tercatat dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Proses analisa data dimulai dari menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu buku karya M. Fethullah Gulen, serta wawancara. Kemudian, data tersebut dibaca, dipelajari secara cermat. Lalu dideskripsikan dengan memberikan gambaran, penafsiran dan uraian. M. Fethullah Gulen mendefinisikan pendidikan sesuai dengan sabda-sabda Nabi Muhammad (saw). Oleh sebab itu, menurut pandangan beliau pendidikan itu penting. Karena hanya dengan pendidikan kita bisa mengatasi semua permasalahan yang kita hadapi. Dan kalau Nabi Muhammad (saw) memerintahkan kita untuk menuntut ilmu berarti kita harus belajar ilmu karena tanpa ilmu kita ibarat burung tanpa sayap. Burung tidak mungkin terbang tanpa sayap, oleh karena itu manusia juga tidak mungkin bisa mengatasi permasalahan yang dia hadapi tanpa ilmu. Menurut Gulen, ada tiga musuh di dunia ini yang harus dibasmi dan dihilangkan. Ketiga hal tersebut adalah kebodohan, kemiskinan dan "internal schism". Kemiskinan bisa direduksi bahkan dihilangkan dengan penyediaan lapangan kerja dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Zakat dan Shodaqoh merupakan cara-cara untuk mengatasinya. Internal schism semisal ancaman separatisme bisa dihilangkan dengan komunikasi pihak-pihak yang terlibat dan mendiskusikan masalah yang melatarbelakangi dan berusaha mencari solusinya. Ancaman yang sering merongrong sebuah negara ini bisa diatasi misal dengan pemberian status khusus ataupun otonomi. Kebodohan (ignorance) hanya bisa diatasi lewat jalur pendidikan. Baginya, kita dikirim kedunia untuk belajar dan menyempurnakan diri lewat pendidikan. Pendidikan adalah "human service".

M. Fethullah Güllen memiliki keunikan dalam pemikiran pedagogiknya, yaitu pemikirannya berdasarkan konsep Al-Qur’an dan Hadits dan dari segi tujuan, kurikulum, guru, siswa dan metode evaluasi. Selain itu, konsep pendidikan Islam Fethullah Gülen lebih menekankan pentingnya keimanan yang utuh, cinta yang membara, keselarasan ilmu Islam dengan logika dan emosi, pengorbanan, akhlak dan kesucian hati dalam menuntut ilmu (mengajar dan belajar). Intinya beliau mengatakan bahwa pendidik dan orang yang mencari ilmu, kecuali jika mereka mengorbankan diri, memiliki iman dan cinta yang sempurna, dan terlebih dahulu mensucikan hati mereka, tidak mungkin menguasai ilmu. Tidak ada hasil untuk guru dan siswa. Dengan Hizmet-nya, Fethullah Güllen membawa idenya menggabungkan sains dan agama menjadi gerakan pengabdian (service -hizmet-) bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang suku, ras, agama dan budaya. Para pemikir pendidikan Islam kontemporer banyak merujuk pada pemikirannya karena ia dikenal dengan pemikirannya yang progresif dalam menghadapi tantangan zaman.

Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Fethullah Gulen

Pada dasarnya setiap manusia memiliki tujuan yang hendak dicapainya, begitu pula dengan pendidikan juga mempunyai tujuan, hal initentunya saling berkaitan. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Menurut Fethullah Gülen tujuan pendidikan adalah membentuk insane yang berguna. Dalam dasar-dasar pendidikan serta memperhitungkan peran itu harus dimainkan oleh Fethullah Gülen untuk membahas tujuan utama dari proses pendidikan. Pertama Gülen melihat individu manusia berada di pusat dari setiap masalah besar umat manusia serta solusinya. Solusi jangka panjang masalah sosial seperti kurangnya pendidikan dan kemiskinan. Untuk alasan ini, dinamika yang mendasari pendekatan Gülen adalah dalam bidang pendidikan, saling pengertian, menghargai, memberi kesempatan, dan harapan. Jadi, tujuan utama pendidikan terdiri dari pembangunan karakter

Fethullah Gulen menekankan pentingnya pendidikan dan pengajaran dari sudut yang lain. Kita menjadi manusia hanya karena kita belajar, mendidik dan menginspirasi orang lain. Esensi kemanusiaan kita dengan demikian bukanlah akal, otak ataupun pikiran, tetapi penggunaan akal agar berguna dan bermanfaat buat orang lain. Muhammad Fethullah Gulen juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Pandangan Gulenini sangat berkait dengan pandangan Imam AlGhazali. Al-Ghazali mengatakan: “Dan sungguhnya engkau mengetahui bahwa hasil pengetahuan adalah mendekatkan diri kepada Allah, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian itu di akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kesabaran, dan penghormatan menurut kebiasaanya. “Ungkapan tersebut menunjukkan Fethullah Gulen dan Al-Ghazali sangat memperhatikan kehidupan dunia dan akhirat sekaligus, sehingga tercipta kebahagiaan bersama di dunia dan di akhirat. Dari sini bisa dipahami bahwa menurut dua pemikir besar ini berpendapat seorang muslim tidak boleh hanya memandang satu sisi saja dunia atau akhirat saja, tetapi haruslah memperhatikan keduanya

Ada dua orientasi pemikiran tentang pembagian materi pendidikan. Pada satu sisi materi pendidikan hendaknya berorientasi pada pengembangan akal, sementara di sisi lain pada pengembangan agama. Menurut M. Fethullah Gulen kedua orientasi materi tersebut penting dan saling mengisi antara satu dengan yang lain. Pendidikan yang hanya menekankan aspek akal akan menggiring peserta didik bersikap materialistik dan acapkali tidak bermoral. Adapun pendidikan yang hanya menekankan pada aspek keagamaan akan menggiring hidup yang melalaikan dinamika peradaban dunia kekinian. Materi pendidikan hendaknya memadu kedua aspek tersebut secara serasi dan seimbang. 

Di masa kontemporer ini ada sekolah yang telah didirikan di seluruh dunia terinspirasi oleh pemikiran Fethullah Gulen. Gülen percaya bahwa ketidaktahuan adalah musuh publik, dan dalam rangka untuk meminimalkan masalah ini, ia menyarankan orang-orang di sekitarnya untuk membuka sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang didirikan pada ilmu pengetahuan modern yang mengedepankan akhlak dan moralitas. Gülen percaya bahwa sistem pendidikan yang ada di Turki tidak menawarkan pengetahuan dan nilai-nilai untuk pengembangan holistik setiap peserta didik. Oleh karena itu mimpi Gülen untuk membangun sekolah-sekolah swasta dimana peserta didik diberi kesempatan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan modern. Pada saat yang sama mereka juga dididik dengan moral, etika, dan cinta bagi umat manusia.

Ciri khas sekolah ini adalah menintegrasikan dua orientasi yaitu akal dan agama. M. Fethullah Gulen berpendapat:

The spirit of the madrasa education and the spirit of the modern educationcan come together. They can make a new marriage, and the mind’s radianceand the heart’s light can be reunited. With their union and integration, thestudent’s zeal will take wing and fly.

Yakni nilai-nilai pendidikan madrasah dan nilai-nilai pendidikan modern jika dikolaborasikan mungkin akan menghasilkan formulasi baru, cahaya fikiran dan cahaya hati dapat bersatu, dengan persatuan dan integrasi, peserta didik akan memiliki sayap dan terbang. Model pembelajaran sekolah seperti ini sangat baik untuk pembentukan kepribadian peserta didik. Setiap hari peserta didik dibimbing untuk mendalami ilmu, keluhuran hati dan ketulusan akhlak. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di asrama

Sifat Tasawwuf Dalam Pemikiran Gulen

Tulisan-tulisan Gulen menunjukkan bahwa orientasi intelektual dan spiritualnya berlabuh dalam persepsinya tentang tasawuf – prinsip, sejarah, batasan dan tujuannya.  Seperti Ali Unal menggarisbawahi, makna dan isi karya-karya Gulen, lebih dari aspek lainnya, berpijak pada tasawuf Islam dan kehidupan spiritual seperti yang diwakili oleh para sufi besar. Gulen tidak menciptakan sesuatu yang baru pendekatannya juga tidak membawa definisi baru terhadap konsep-konsep sufi.  Sebaliknya, Gulen mengidentifikasi ijtihad sebagai sumber tasawuf. Tulisan-tulisannya merupakan hasil penafsiran aktifnya terhadap Islam selaras dengan kekinian konteks.  Inilah yang menjadi kekhasan tasawuf Gülen.  Dengan kata lain, Gulen lepas landas di tempat yang ditinggalkan para sufi sebelumnya; hal ini membawa pemikiran mereka lebih jauh ke arah penerapan praktis tasawuf dalam rangka mengaktualisasikan ‘rekreasi spiritual’ pikiran kontemporer. Nama-nama sufi Turki selalu digunakan sebagaiReferensi utama Gulen mengenai Islam pada umumnya dan Islam Turki pada khususnya.  mereka semua mempertahankan ajaran umum tentang toleransi, cinta dan humanisme.  Bacaannya tentang Para sufi sebagai orang suci dan pahlawan cinta dan toleransi membuat Gulen mendefinisikan Islam sebagai “sebuah agamatentang pengampunan, pengampunan, dan toleransi.” Demikianlah tulisannya tentang toleransi, dialog dan humanisme mengarahkan dirinya pada ajaran mereka. tulisan-tulisan Gulen tidak terbatas pada lingkup nasional saja batas tasawuf Turki.  Sebaliknya, secara luas mencakup pemikiran banyak orang non- Sufi Turki. 

Sementara Gulen merupakan orang Turki pertama yang menanamkan secara budaya kolektivitas cinta kemanusiaan, ia mengacu pada yang terakhir karena pilihan pribadinya, memperjelas orientasi intelektualnya. Oleh karena itu, mengidentifikasi para sufi ini juga sama pentingnya untuk mengambil kembali akar budaya pemikiran Gulen, karena hal itu akan menjelaskan makna dan arah proyeknya.  Tulisan-tulisan Gulen mencakup sejumlah pemikir sufi seperti al-Hasan al-Basr (wafat 728), Imam al-Ghazali (wafat 1111), Ibnu Arabi (wafat 1240), Ahmad Faruqi Sirhindi (w. 1624), dll

Seperti yang ditunjukkan dalam karya-karyanya, meski dalam derajat yang berbeda-beda, mereka semua berupaya mempertemukan tasawuf dan Syariah, menghadirkan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber utama tasawuf dan mengesampingkan praktik-praktik yang tidak berorientasi pada syariah dari beberapa kalangan mistik. Warisan budaya dan intelektual yang diungkapkan dalam tulisan-tulisan Gulen memberikan sebuah landasan penting bagi orientasi keagamaannya.  Mengenai pemeriksaan warisan ini, dua poin harus diklarifikasi.  Pertama, pendekatan dalam mengelompokkan para sufi yang berpengaruh.

Kedua kelompok itu bersifat pribadi dan sewenang-wenang.  Hal ini didasarkan pada kenyamanan kategoris pengaruh budaya dan intelektual yang sejalan dengan perhatian utama Gulen Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa dalam pemikiran Gulen, terdapat dua hal tersebut warisan yang tampaknya paralel bergabung pada titik tasawuf Islam kemanusiaan.  Itu adalah Sufi Turki dan non-Turki tidak ditugaskan secara eksklusif dan representative baik tasawuf berbasis syariah atau tasawuf inklusif.  Sebaliknya, dalam tulisan-tulisan Gulen, keduanya saling tumpang tindih di kedua dimensi. 

Ciri-ciri khas kaum Naqsybandiyya dengan Disiplin dan praktiknya berbasis Sunni, berwawasan syariah, bijaksana, dan berwawasan ke dalam analog dengan persepsi Sufisme yang disukai Gulen.  Namun pada saat yang sama, masih ada perbedaan yang luar biasa di antara keduanya.  Seperti disebutkan sebelumnya, Gulen tidak menyetujui kedua hal tersebut silsila atau rantai spiritual inisiasi maupun hubungan guru-murid yang ketat, keduanya sangat penting untuk pesanan.  Fakta ini menghalangi upaya untuk membangun hubungan langsungantara Gulen dan Naqsybandiyya.

Sejauh menyangkut pengaruh individu sufi terhadap tulisan-tulisan Gulen, Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh Bediüzzaman Said Nursi adalah yang paling utama dan menentukan.  Seperti yang diulas Sebelumnya, Gulen sudah memutuskan di usia remajanya untuk mengikuti jalan Risalei Nur dan menghabiskan hizmetnya sepanjang hidupnya.  Sejak itu, dia mengatur hidupnya di sekitar Risalei Nur, yang akhirnya dikenal sebagai pemimpin gerakan Nur.  Bersamaan dengan ini karir hidupnya, Gulen menyebut Said Nursi dengan gelar yang sangat terhormat Üstad Bediüzzaman, tuan dan orang bijak zaman ini. 

Namun, koleksi Risalei Nur miliknya memuat sejumlah besar konsep sufi, memperjelas pendiriannya tentang tasawuf.  Hal ini terutama melalui perspektif  Risalei Nur bahwa Gulen mengadopsi gagasan Nursi tentang tasawuf dan mengevaluasi kembali literatur sufi tradisional. Bagi Gulen, sangat kontras dengan klaim bahwa Risalei Nur jauh dari tasawuf, Kehidupan spiritual Islam terletak pada esensinya di mana “kebenaran sufi menetes dari situ”. Begitulah apresiasi terlihat jelas dalam tulisan-tulisan Gulen, yang secara prototipikal ia mengikuti tulisan Nursi langkah dalam isu-isu paling penting dari tasawuf.  Faktanya, bahkan di banyak bagian dimana dia tidak secara eksplisit menyebutkan Risalei Nur, maka tidak sulit menemukan Risalah Nursi pengaruh menyeluruh terhadap mereka.  Dalam satu contoh penting, merujuk dan merenungkanPemikiran Nursi, Gulen menganggap tasawuf sebagai spiritualitas Islam yang terakumulasi melalui orang-orang suci Islam mulai dari Nabi dan para sahabatnya hingga para sufi besar di kemudian hari. tulisan-tulisan Gulen menggambarkan sikap tegasnya terhadap Sufisme, sambil menolak asosiasi tarekat apa pun.

  1. Implementasi Pemikiran Fehullah Gulen

Pada hakikatnya, pemikiran adalah sebuah gerak internal dalam diri manusia. Pemikiran yang sistematis dan konstruktif ialah pemikiran yang menuntun padapertanyaan mengenai alam semesta, yaitu pada hal-hal absurd yang ditemukan di alam sekitar untuk kemudian menemukan jawabannya. Atau dengan kata lain, pemikiran yang baik ialah pemikiran yang mendorong pada eksplorasi atas segala fenomena yang ada di seluruh alam semesta berdasarkan kedekatan orang yang bersangkutan dengan alam sekitarnya.

Gülen memberikan sebuah pemahaman pergerakan pada pengikutnya. Ia cenderung memberikan peluang kepada generasi muda yang dianggap mampu untuk menjalankan pergerakan ideologi pelayanan (hizmet). Dia beranggapan bahwa generasi muda dapat menggabungkan “pencerahan” intelektual dengan spiritual murni melalui ilmu-ilmu positif dan ilmu-ilmu ketuhanan, kebijaksanaan, dan memiliki semangat terusmenerus akan menjadikan pergerakan ini semakin cepat berkembang dan menyebar luas mulai dari Eropa, Asia, Amerika, Afrika, dan Australia . Ia mencoba mendekatkan pemikiran Timur dengan pemikiran Barat. Berawal dari generasi pertama pengikutnya, (pelopor generasi yang memperjuangkan gagasan Gülen di Izmir) ia memberikan pengajaran mengenai khotbah dan pentingnya mengajar, mendirikan sekolahsekolah, menerbitkan buku, surat kabar, membuat siaran televisi dan program radio, perkumpulan pelajar, kelompok lobi hingga memberi beasiswa bagi masyarakat tidak mampu. Ini merupakan bagian dari pemahaman sosial dan toleransi yang diajarkan Gülen tidak hanya kepada pemuda-pemuda tetapi juga para elit pemimpin, industrtialis dan pengusaha.  Pergerakan dalam pandangan Gülen diawali dari keluarga, kemudian dipengaruhi oleh sekolah dan lingkungan. Gülen berpendapat bahwa setiap anak dapat memperoleh pendidikan yang baik di rumah hanya jika terdapat keluarga yang sehat dan bahagia. Pernikahan sebagai awal pembentukan sebuah keluarga harus membawa ke dalam bentuk keluarga yang sehat dan berkontribusi kepada negara dan masyarakat luas. Lebih jauh ia juga bependapat bahwa pondasi sebuah negara adalah keluarga yang mana materi dan kebahagiaan spiritual mengalir. Sebuah negara akan memiliki masa depan yang cerah ketika mampu menjadikan sekolah seperti rumah dan rumah seperti sekolah karena di dalamnya terdapat pendidikan bagi generasi masa depan

Gerakan Fethullah Gulen Dalam Konteks Islam Global

Fethullah Gulen merupakan tokoh paling berpengaruh dalam konteks islam global. Filosofinya yang memadukan Islam dan modernitas, serta toleransi beragama, telah menarik jutaan pengikut yang telah mendirikan ratusan lembaga pendidikan dan kebudayaan di seluruh dunia. Dipengaruhi oleh guru sufi dan cendekiawan Muslim Turki kontemporer, Said Nursi, Gulen menempatkan spiritualitas sebagai pusat dari segalanya.  

Meskipun ia adalah tokoh terkemuka dalam dialog antar agama dan pemimpin agama yang dikagumi, ia dituduh oleh beberapa kelompok sekuler sebagai fundamentalis dengan agenda tersembunyi untuk menerapkan hukum syariah di Turki dan oleh kelompok fundamentalis agama karena mengkompromikan agama. Gülen adalah tokoh utama dalam mendefinisikan pengalaman Islam global kontemporer.  Beliau adalah seorang pemimpin spiritual, filsuf, penyair, dan pemikir, bukan semata-mata seorang pengkhotbah.  Penafsirannya terhadap Islam telah menarik banyak pemimpin agama, intelektual, dan politisi di Turki.  Meskipun ia tidak setenar beberapa pemimpin atau intelektual Muslim di Barat, komunitasnya adalah salah satu kelompok Islam revivalis yang paling berpengaruh di Turki modern (Özdalga: 85).  Pengaruhnya tidak terbatas pada agama.  Memang benar, ia telah memberikan pengaruh di berbagai bidang termasuk pendidikan, media, bisnis, dan sektor keuangan. Dengan mendirikan institusi moral, pendidikan, sekuler, dan kemanusiaan di Turki dan belahan dunia lain, Gulen memberikan contoh bagaimana Islam dan modernitas bisa hidup berdampingan.  Lembaga-lembaga ini telah menarik kelompok Muslim dan non-Muslim, serta kelompok agama sekuler dan liberal.  Karakteristik utama pengikut Gulen adalah mereka tidak berupaya menumbangkan negara sekuler modern; sebaliknya, mereka mendorong umat Islam untuk memanfaatkan peluang yang ada.  Gulen melihat ilmu pengetahuan dan iman tidak hanya sejalan tetapi juga saling melengkapi.  

Oleh karena itu, ia mendorong penelitian ilmiah dan kemajuan teknologi demi kebaikan seluruh umat manusia. Gerakan spiritualnya merupakan kombinasi antara modernitas dan nilai-nilai tradisional dan telah berkontribusi pada “vernakularisasi modernitas”, yang mendefinisikan ulang modernitas dalam istilah Islam.  Ide dan tindakan Gulen memperkenalkan kemungkinan menjadi modern dan sekaligus menjadi Muslim (Yavuz 2000: 7). Dalam dua dekade terakhir, sebuah gagasan baru muncul di kalangan intelektual di Turki.  John Voll mengamati bahwa para intelektual ini bukanlah fundamentalis atau sekuler.  Bagi kelompok ini, Islam memasukkan sekularisme dan agama, dua sisi mata uang yang sama. 

Meningkatnya integrasi sekuler dan keagamaan di dunia, yang sejalan dengan proses “glokalisasi” (globalisasi dan lokalisasi), menciptakan bingkai penting yang berguna untuk mengenali gambaran Fethullah Gulen di kancah agama.  iman, dan kehidupan pada awal abad kedua puluh satu. Bagi Gulen, modernitas dan sirat al-mustaqim (jalan yang diikuti oleh umat Islam arus utama) bukanlah dua saingan, melainkan jalan tengah dalam menafsirkan Islam, yang memberikan keseimbangan antara materialisme dan spiritualitas. banyak yang mendukung dan menghargai aktivitas Gulen dan para pengikutnya.  Dengan mengawinkan institusi pendidikan sekuler dengan etika keagamaan, Gulen telah mengembangkan model menjadi modern sekaligus religius (Yavuz 2003b: 20). Menurut prinsip tasawuf, Gulen belum membentuk tarekat sufi.  Meskipun jaringan spiritual memiliki banyak karakteristik dari sebuah tarekat sufi, tasawuf bagi Gülen bukanlah sebuah cara untuk menolak dunia, melainkan sebuah cara untuk memberdayakan orang-orang beriman dengan alat-alat spiritual dan karakter yang baik untuk membantunya membentuk dan mempengaruhi dunia (Yavuz 2003b: 34). 

Dari sudut pandang spiritual, Gulen adalah seorang sufi, namun ia tidak seperti pemimpin sufi lainnya.  Sebagaimana dinyatakan Zeki Saritoprak: “Dia adalah seorang Sufi dengan caranya sendiri” (Saritoprak: 169). Cara Gulen berakar pada Islam tradisional dengan interpretasi sufi yang dipadukan dengan modernitas dan intelektualisme kontemporer, yang mencakup filsafat Barat yang sesuai dengan pemikiran Islam.  Para sarjana masih menanyakan dua pertanyaan penting: Bagaimana Gulen akan menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya di masa depan, dan transformasi seperti apa yang akan terjadi setelah kematiannya?  Meski prediksinya beragam, dan seringkali para pengkritiknya mengungkapkan ketakutannya, hanya waktu yang akan memberi kita jawabannya. Gulen mungkin mengikuti nasib al Ghazzali (1056-1111), Rumi (1207-1273), atau Ibnu Khaldun (1332-1406), tiga ulama atau pemimpin spiritual Islam terbesar dan berpengaruh, yang juga pernah dikritik dalam karyanya masing-masing, tetapi sekarang dikenal dan dipuji atas ide, filosofi, dan karya mereka.





KESIMPULAN

Fethullah Gulen merupakan sosok yang luar biasa. Ia bukan hanya seorang penceramah yang memiliki ribuan kaset dan video, tetapi ia adalah sosok yang identik dengan Pahlawan Nur atau Pecinta Hak yang menyebarkan kebaikan di banyak tempat melalui berbagai macam lembaga dan yayasan yang tersebar di seluruh dunia. 

M. Fethullah Güllen memiliki keunikan dalam pemikiran pedagogiknya, yaitu pemikirannya berdasarkan konsep Al-Qur’an dan Hadits dan dari segi tujuan, kurikulum, guru, siswa dan metode evaluasi. Selain itu, konsep pendidikan Islam Fethullah Gülen lebih menekankan pentingnya keimanan yang utuh, cinta yang membara, keselarasan ilmu Islam dengan logika dan emosi, pengorbanan, akhlak dan kesucian hati dalam menuntut ilmu (mengajar dan belajar). Bahkan, ia memiliki suatu keistimewaan sesungguhnya yakni kemampuannya dalam menafsirkan nilai-nilai normatif  Islam yang lahir pada masa Rasul dan berkembang di zaman salaf ke dalam konteks kehidupan modern. 

Keunikan  dari  ajaran Gulen  adalah  memadukan  antara  Islam  dan  sains dengan  ilmiah,  tasawuf  dengan modernitas, akal dan hati rasio dan wahyu serta intelektual dan spiritual. Fethullah Gulen telah mengajarkan sebuah filosofi yang menggabungkan Islam dengan modernitas, humanisme dan pendidikan toleransi berlandaskan cinta, serta toleransi dengan berdialog antar umat beragama.




DAFTAR PUSTAKA

Ma'arif, M. A. (2019, Juli). Konsep Pemikiran Pendidikan Toleransi Fethullah Gulen. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman. Dipetik April 17, 2024

Maksum, I. (2014, Juni). Konsep M. Fethullah Gulen tentang Hermeneutika Peradaban Islam Kosmopolitan. Epistemé, IX. Dipetik April 17, 2024

Shadiqin, S. I. (2011, Oktober). ISLAM DAN MODERNITAS DALAM. Jurnal Substantia, XII. Dipetik April 16, 2024

 Ali Sahin, 2014, Pemikiran Fethullah Gulen Dalam Pendidikan Islam, Jakarta, Skripsi

Asri Neli Putri, Endang Fauziati,Jurnal Pendidikan, Vol. 11, No. 02, Juli 2023 e-ISSN: 2337-7593

Heon Choul Kim, The Nature and Role of Sufism in Contemporary Islam: A Case Study of the Life, Thought and Teachings of Fethullah Gülen, Agustus 2018, Disertasi.

Ma'arif, M. A. (2019, Juli). Konsep Pemikiran Pendidikan Toleransi Fethullah Gulen. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman. Dipetik April 17, 2024

Maksum, I. (2014, Juni). Konsep M. Fethullah Gulen tentang Hermeneutika Peradaban Islam Kosmopolitan. Epistemé, IX. Dipetik April 17, 2024

Shadiqin, S. I. (2011, Oktober). ISLAM DAN MODERNITAS DALAM. Jurnal Substantia, XII. Dipetik April 16, 2024

Yucel, Salih, ‘Fethullah Gülen Spiritual Leader in a Global Islamic Context’, The Kripke Center, 12 (2010)

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Etika Digital dalam Perspektif Hadis: Panduan Berinteraksi di Era Media Sosial Oleh : M. Khoirul Irfan Albazuri Tulisan ini disusun gu...